Namaku Bagas. Aku dilahirkan oleh ayah seorang TKI di Arab dan ibuku seorang TKI di Malaysia. Aku sekarang tinggal bersama kakek nenekku.
Aku duduk di kelas 5 SD. Aku kenal sahabat, namanya adalah Andre. Andre, orang yang paling pintar, cerdas di kelas kami. Andre adalah putra dari seorang ayah petani dan ibu yang lumpuh, beliau lumpuh di saat sedang mencari kayu bakar di hutan yang kemudian kakinya digigit ular kobra.
Tapi akhir-akhir ini berbeda, setiap kali jam pelajaran kesenian ia melamun, entah memikirkan apa. Kucoba menghiburnya tapi tetap saja tak ada gunanya. Akhirnya, ia menuliskan “Bapak Emak” pada buku gambarnya. Saat itu aku mulai memahami. Tidaklah mudah seorang ayah menhidupi 4 anak dan 1 ibu. Hatiku tersentuh melihat tulisan Andre seperti tak bisa hilang dari hatiku, bagaikan menulis di batu yang kemudian menjadi prasasti. Prasasti motivasi .......... motivasi tuk bersyukur ………. Sekalipun orang tuaku TKI, tapi aku masih punya kakek nenekku yang menghidupiku, melainkan sahabat terdekatku.
Esoknya kuajak dia untuk bekerja, mengumpulkan uang saku untuk menjual gorengan dan mencari pasir di sore hari. Lama-kelamaan hal itu sudah mendarah daging pada diri kami. Ia tersenyum menatapku, mungkin aku telah menjadikan inspirasi baginya. Labanya pun kami tabung.
Sekarang kami kelas 6 SD. Aku dan Andre sangat ingin membanggakan orang tua kami. Kebetulan di papan pengumuman ada informasi lomba tenis meja tunggal dan ganda. Alhamdulillah. Memang hobi kami adalah bermain pingpong. Lalu kami ikuti lomba tingkat kota itu. Hore….Hore…. sorak sorai gembira seluruh penghuni sekolah ketika kami mengangkat trophy juara 1. Ye….. hadiah uang 3 juta dan dipotong pajak. Uang tersebut kemudian kami tabung.
Tinggal 3 bulan lagi Ujian Nasional. Ayah Andre berpesan kepada kami selalu belajar bersama. Yang kukagumi dari Andre adalah setiap kali waktu luang ia mengajakku belajar, yang ia katakan padaku adalah belajar dan belajar.
Serasa, hari berputarsemakin cepat, besok hari Senin, hari yang penuh harapan, hanya ada 2 pilihan, LULUS atau TIDAK LULUS. Persiapan kami sudah cukup matang. 90 menit + 90 menit + 90 menit, jenuh, mudah, gampang, sulit. Kami duduk di kelas yang berbeda. Tapi hati kami tetap satu. Setelah berjuang dengan sebuah pensil dengan panjang 5 inchi, Alhamdulillah kami selesai dengan hati ridho, tanpa halangan. Pengumuman hasil / nilai Ujian 3 minggu lagi. Kami bertawakal, terserah Tuhan hasilnya berapapun, yang penting kami sudah berdoa dan berusaha.
Besok adalah hari pembagian hasil UN. Kudengar hasil tertinggi se-Indonesia adalah dari kota kami. Saat Upacara Bendera berkibar bagai naungan dari terik matahari. Hore……… Wu……… Andre………, seluruh penghuni sekolah menyoraki Andre sahabatku. “JUARA I tingkat Nasional bro……….” kataku padanya, sujud syukur Andre lagi-lagi membuat malaikat-malaikat berputaran di sampingnya. Sungguh, anak bungsu dari seorang patani itu ………..
Tapi ketika kami pulang, rumpun daun Mimmosa pudica bermekaran, burung-burung membentuk barisan di awan, daun-daun berguguran, pratanda firasat buruk Andre, longsor menutupi lahan sawah ayah Andre, Tangisan Andre dan aku tak henti-henti, tapi tangisan kami tak ada gunanya. Dia bercerita padaku, bahwa ayahnyalah yang memotivasinya, terakhir salaman mencium tangan ayah, ayah berkata pada Andre “Sukses Nak”.
Duka pakaian hitam menyambut penguburan ayahnya. Saat-saat Andre Juara, namun ayahnya belum mengetahuinya, Tuhan telah mencabut nyawa ayahnya.
Ketika Andre masuk TV (Metro TV) Andre menceritakan semuanya. Presiden SBY memberikan beasiswa kepada Andre sampai kuliah, kursi roda untuk ibu Andre, dan penghidupan yang layak, Presiden SBY juga memodifikasi sekolah kami . Kini sekolah kami menjadi Sekolah Standar Nasional.
12 tahun kemudian, Andre bisa kuliah di Universitas Al Azhar Mesir. Dan semua adiknya juga sudah berkeluarga. Sang ibu telah meninggal beberapa menit setelah Andre pergi ke Mesir. Namun sayang Andre tak bisa menyambut kematian ibunya.
Namun aku hanya bisa menjadi Menteri Pertanian Indonesia, aku ingin rubah segalanya, kuingin jadikan negeri ini negeri export pangan, negeri produktif bukan konsumtif.
Nama pena: Artechno Manshurin
Nama asli : Taufik Rahmadani
IX E/16